Past Events

Taman Baca Kesiman mengundang kawan-kawan untuk hadir dalam program pemutaran CINECODA #2, “Kamera dan Batas Realita” yang akan diselenggarakan pada Minggu, 23 Oktober 2016, pukul. 18.00 di Taman Baca Kesiman, Jalan Sedap Malam no. 234, Denpasar. Program kali ini akan memutarkan 5 film pendek:
Rabu, 5 Desember 2018. Taman Baca Kesiman bersama dengan Greenpeace Indonesia menggelar diskusi publik dengan tema kriminalisasi ditengah ancaman krisis ekologis. Dihadiri oleh Gus Roy Murtadho, Koordinator Nasional Forum Nadhiyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) dan Wayan 'Gendo' Suardana, Koordinator Umum Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) sebagai pembicara dan Roberto Hutabarat selaku moderator diskusi.
Malam solidaritas diselenggarakan oleh jaringan musisi lintas negeri se-Asia Tenggara (aMP3) di Taman Baca Kesiman. Sebagian besar dari mereka adalah musisi pergerakan dan perjuangan yang berasal dari Filipina, Thailand, Kamboja, dan Indonesia. Kehadiran mereka di Bali sebagai bentuk solidaritas untuk perjuangan kemanusiaan dan menyuarakan perubahan terhadap sistem ekonomi global yang menindas, yang dimana bertepatan dengan pekan penyelenggaran Pertemuan Tahunan IMF dan World Bank 2018 di Nusa Dua.
Menulis itu adalah eksplorasi ide,” kira-kira begitu ungkapan Geger Riyanto dalam Kelas Menulis Esai yang diselenggarakan di Taman Baca Kesiman, pada Sabtu, 1 September 2018. Siang itu para peserta tampak khusyuk belajar bersama. Dalam kelas para peserta juga bercerita tentang proses menulis yang mereka alami, sekaligus kendala-kendala yang dihadapi ketika memulai menulis. “Tidak ada jalan pintas,” lanjut Geger.
Sejak siang hari, 15 Agustus 2018, halaman belakang Taman Baca Kesiman sudah ramai. Tampak kesibukan seniman jalanan menggoreskan kuas pada media yang tersedia. Seluruh seniman yang hadir melukiskan penolakannya terhadap rencana pembangunan PLTU-Batubara Celukan Bawang tahap 2. Tampak seniman jalanan Masgaga, Anna Bronza & Easy Tiger, The Pojoks, WAP, Timbool Kidney, dan Komunitas Djamur.
Pada Selasa, 7 Agustus 2018, Taman Baca Kesiman menyelenggarakan pemutaran film dan diskusi “Nyala, Nyanyian yang Tak Lampus”, karya Fauzi Rahmadani. Fokus film ini adalah dua sosok yang bertahan setelah dipenjara paska-peristiwa 1965. Ruswanto dan Slamet AR menjalani kesehariannya dengan sederhana, dengan menyimpan cita-cita besar.
Sejak sore para hadirin telah memadati beranda Taman Baca Kesiman. Obrolan santai seputar antropologi di era kekinian, membuat para hadirin menyimak dua Antropolog, Degung Santikarma, dan Roberto Hutabarat. Hadirin begitu antusias menyimak, membantah, pun merespon obrolan dalam suasana yang penuh keakraban.
Scroll to Top