Blora, 6 Februari 1925. Sembilan puluh satu tahun lalu, seorang bayi, kelak diberi nama Mas Pramoedya Ananta Toer lahir. Ketika itu, belum lagi ada Indonesia. Hindia-Ollanda, sebutan untuk negeri Timur koloni Belanda itu, masih mencari bentuknya. Suatu episode di mana muncul arus-arus pergerakan, suatu zaman penuh kegelisahan, tidak saja bagi kalangan penguasanya yang berkulit putih, tapi